Adhitya Wardhono, PhD. Foto/Istimewa
Dosen dan peneliti ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Usaha-Universitas Jember. Koordinator Kelompok Studi Behavioral Economics on Monetary, Financial, and Development Policy” (KeRis Benefitly) – Universitas Jember.
WACANA kredibilitas Bank Indonesia selalu diarahkan Di aras pemikiran kokohnya konstruksi menjaga stabilitas ekonomi sebuah Negeri. Sederhananya, ekspektasi Kelompok Pada Keputusan moneter bisa memengaruhi dinamika ekonomi, terutama ketika suku bunga mendekati batas bawah efektif (effective lower bound/ELB). Ketika Kelompok kehilangan kepercayaan Pada Bank Indonesia, ekspektasi Fluktuasi Harga bisa menjadi tidak terjangkar. Maka ikutannya adalah menciptakan risiko spiral deflasi atau Fluktuasi Harga yang tak terkendali. Di konteks Indonesia, pentingnya kredibilitas Bank Indonesia (Banksentral) sebagai otoritas moneter sangat relevan, mengingat tantangan ekonomi terus berkembang, baik Di level domestik maupun Dunia.
Situasi ekonomi yang tidak menentu telah Indonesia hadapi, seperti periode taper tantrum Di tahun 2013 lalu. Masa itu, kecenderungan Kejadian Luar Biasa pelemahan Nilai Mata Uang Uang Negara Indonesia memicu kenaikan Fluktuasi Harga yang relatif signifikan. Banksentral merespons Di menaikkan suku bunga acuan secara agresif Bagi mengendalikan Fluktuasi Harga dan menjaga stabilitas Nilai Mata Uang. Langkah ini Menunjukkan pentingnya Keputusan moneter tegas Di membangun kepercayaan Kelompok Pada kemampuan Bank Indonesia. Tetapi, tantangan tidak berhenti Di situ. Seiring berjalannya waktu, tantangan Terbaru muncul, terutama ketika Wabah Dunia COVID-19 Menyapu. Banksentral menurunkan suku bunga acuan hingga Hingga level terendah Di sejarah, yaitu 3,5%, Bagi Merangsang Terapi ekonomi. Langkah ini mendekati batas bawah efektif, yang berarti bahwa ruang Bagi manuver Keputusan moneter konvensional menjadi Lebih terbatas.
Di Kemakmuran seperti ini, kredibilitas Bank Indonesia menjadi Lebih penting. Ketika ekspektasi Fluktuasi Harga tetap terjangkar, Keputusan moneter yang tidak konvensional, seperti quantitative easing dan forward guidance, bisa menjadi alat yang efektif. Tetapi, jika Kelompok kehilangan kepercayaan Pada kemampuan Bank Indonesia Bagi mencapai target Fluktuasi Harga, langkah-langkah tersebut bisa kehilangan efektivitasnya. Di Peristiwa Pidana Indonesia, Banksentral telah melakukan berbagai upaya Bagi menjaga ekspektasi Fluktuasi Harga tetap terkendali, seperti Lewat publikasi laporan ekonomi dan komunikasi Keputusan yang transparan. Tetapi, efektivitas upaya ini sangat bergantung Di seberapa cermat dan taktis Banksentral bisa membangun persepsi publik bahwa langkah-langkahnya tepat dan Akansegera berhasil.
Ekspektasi Fluktuasi Harga yang terjangkar adalah Kunci Bagi menjaga stabilitas ekonomi, terutama Di Di ketidakpastian Dunia. Tantangan ini Lebih relevan mengingat tekanan Fluktuasi Harga yang sering kali bersumber Di luar negeri, seperti Fluktuasi Harga Migas dunia atau gangguan Di rantai pasok Dunia. Ketika tekanan eksternal seperti ini muncul, Kelompok cenderung lebih sensitif Pada langkah-langkah Keputusan yang diambil Di Banksentral. Jika Keputusan tersebut tidak diiringi Di komunikasi yang efektif, risiko ekspektasi Fluktuasi Harga menjadi tidak terjangkar Akansegera Meresahkan, yang Di akhirnya bisa memperburuk Kemakmuran ekonomi.
Sukses Banksentral Di menjaga kredibilitasnya juga tercermin Di bagaimana ia menangani dinamika Nilai Mata Uang Uang Negara Indonesia. Indonesia sering kali Berjuang Di volatilitas Nilai Mata Uang yang tinggi. Beberapa tahun terakhir, Banksentral telah berhasil menjaga stabilitas Uang Negara Indonesia Lewat kombinasi intervensi pasar, pengelolaan cadangan devisa, dan Keputusan suku bunga. Tetapi, stabilitas Nilai Mata Uang bergantung Di langkah teknis dan persepsi pasar Pada kemampuan Banksentral mengelola tekanan eksternal. Jika ekspektasi Pada stabilitas Uang Negara Indonesia terjaga, volatilitas pasar bisa diminimalkan, Agar menciptakan lingkungan yang lebih kondusif Bagi Penanaman Modal dan Kemajuan ekonomi.
Tetapi, tantangan yang dihadapi Banksentral tidaklah sederhana. Ketika dunia Berjuang Di krisis Dunia seperti Wabah Dunia COVID-19, tantangan kredibilitas menjadi lebih kompleks. Penurunan suku bunga secara drastis dan Keputusan tidak konvensional sering menimbulkan kekhawatiran, seperti risiko Fluktuasi Harga Di masa Di atau sulitnya Bank Indonesia Memikat kembali likuiditas yang telah disuntikkan Hingga perekonomian.
Di konteks Indonesia, Keputusan moneter longgar Di Wabah Dunia telah membantu Merangsang Terapi ekonomi, tetapi juga menciptakan tantangan Terbaru Yang Berhubungan Di stabilitas harga Di masa Di. Karenanya, langkah-langkah komunikasi Keputusan yang efektif menjadi sangat penting Bagi mengelola ekspektasi Kelompok dan memastikan bahwa Keputusan yang diambil dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Menjaga Kredibilitas Bank Indonesia