Klaten –
Ke Klaten, ada sebuah bangunan kuno yang dikenal sebagai Omah Dhemit Bersama warga setempat. Bangunan itu dikenal angker dan banyak kejadian Ke luar nalar.
Lokasi Omah Dhemit itu diketahui berada Ke dusun Mojo Pereng, desa Krakitan, kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Ditengah. Jika diartikan Ke bahasa Indonesia, Omah Dhemit berarti Rumah Setan.
Bangunan itu Merasakan julukan yang seram Lantaran letaknya memang tidak lazim. Omah Dhemit bukan Rumah Ke perkampungan Ke umumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bangunan kecil yang berukuran hanya Di 3×3 meter itu berdiri Ke atas batu kapur yang menjulang tinggi. Batu kapur putih itu tingginya Di 30-40 meter Bersama permukaan tanah.
Letak bangunan yang berada Ke atas ketinggian membuat omah dhemit terlihat jelas Bersama kejauhan, baik Bersama jalan raya Ke arah Rawa Jombor maupun Bersama desa Di.
Ke kanan kiri bukit adalah jurang menganga dan tidak ada tangga Ke Ke puncaknya. Ke sisi selatan Di 10 meter terdapat perbukitan kapur yang dulu menjadi objek wisata Bukit Patrum.
Jika Bersama kejauhan, sekilas omah dhemit dan bukit Patrum terlihat seperti kura-kura Bersama kepala mendongak. Bukit Patrum sebagai tubuh kura-kura, sedangkan omah dhemit seperti kepalanya.
Penampakan bangunan bersejarah Omah Demit Ke Klaten Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
|
Lantaran letaknya dikelilingi rimbun pepohonan, Bersama kejauhan Omah Dhemit terkesan mistis dan menyeramkan. Tetapi benarkah banyak dhemit Ke bangunan itu?
“Lantaran letaknya begitu diarani akeh dhemite (disangka banyak hantunya), yang viral juga nyebut omah dhemit. Yang Ke sini padahal biasa saja,” ungkap warga yang tinggal Ke Di omah dhemit, Saiman Hartono (55).
Diceritakan Saiman, omah dhemit itu sebenarnya bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda. Ke waktu itu fungsinya digunakan Sebagai gudang dinamit. Dinamit itu bahan peledak yang digunakan Sebagai tambang batu kapur.
“Itu Rumah kan gudang dinamit, maka bukit Ke sebelahnya disebut bukit Patrum (dinamit/peledak) Sebagai nambang batu kapur. Batu kapur itu dibawa Ke PG Gondang,” tutur Saiman.
Dulu, kata Saiman, Ke Di bukit ada rel lori kereta yang digunakan Sebagai mengangkut batu kapur Ke PG Gondang (Ke Kecamatan Kebonarum berdiri 1860). Pengambilan batu kapur sampai tahun 1995.
“Tahun 1995 batu kapur mulai berhenti diambil, sempat Sebagai tambang batu gamping (bahan bangunan). Sebelum dulu bentuk Omah Dhemit ya begitu, bukan dibuat-buat, kawit mbah (Sebelum nenek) saya juga begitu,” terang Saiman.
Konon, sebut Saiman, ada cerita ada orang yang mau merobohkan omah dhemit tapi tidak bisa. Sebagai naik Ke omah demit tidak ada akses berupa jalan atau tangga.
“Naik Ke situ tidak ada tangganya, jika manjat licin. Yang pernah naik dulu Lantaran ada pohon tinggi Ke dekatnya Supaya lewatnya dahan pohon,” sambung Saiman.
Rumah itu, kata Saiman, dibangun sudah konstruksi tembok dan tidak ada isinya. Dibangun tentu Pada bukitnya masih utuh belum terisolasi seperti sekarang.
“Dibuatnya dulu ya Bisa Jadi Pada bukitnya masih utuh, kalau sudah seperti sekarang ya tidak Bisa Jadi bisa. Mau naik saja tidak bisa, apalagi membangun, Sebelumnya ada COVID Sebagai wisata ramai sekali,” imbuh Saiman.
Sugiyanto, warga Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes mengatakan Sebelum dulu disebut omah dhemit Lantaran terkesan seram. Ke lokasi banyak pohon, bukitnya terjal dan berlumut.
“Sebelumnya dibangun (wisata) itu jalannya sulit, lumutan, terjal, ya akhirnya disebut omah dhemit. Warga Di ya tahunya bukit Patrum, Patrum itu dinamit Lantaran Rumah itu dulu jaman Belanda Sebagai nyimpen peledak,” papar Sugiyanto.
Dulu Tambang Batu Kapur
Bukit Ke Omah Dhemit itu, sebut Sugiyanto, dulu tambang batu kapur Belanda Sebagai pabrik gula (PG). Malahan sampai tahun 1995-2000 masih diambil.
“Sampai tahun 2000 masih diambil, tapi terus berhenti, lalu diambil Sebagai bahan bangunan. Sebelumnya COVID sempat Bersama Sebab Itu Pada desapolitan bersama desa Di tapi sekarang sepi,” katanya.
Terpisah, Sekdes Krakitan, Kecamatan Bayat, Warsono membenarkan Omah Dhemit itu peninggalan era kolonial Belanda tempat tambang batu kapur Sebagai PG. Rumah digunakan Sebagai penyimpanan peledak.
“Fungsinya Sebagai menyimpan peledak Sebagai tambang batu kapur Sebagai PG Gondang. Pernah Bersama Sebab Itu objek wisata desa yang ramai Sebelumnya Covid,” jelas Warsono.
“Konon cerita mbah saya, Ke jaman dulu pernah ada orang angon (gembala) kambing hilang, dicari tidak ketemu berhari-hari. Ternyata ditemukan Ke Rumah itu,” imbuhnya.
——-
Artikel ini telah naik Ke detikJateng.
(wsw/wsw)
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Kisah Omah Dhemit Ke Klaten: Dikenal Angker-Banyak Kejadian Aneh