China Balas Dendam, Kendaraan Pribadi Elektrik Dibalas Pembelian Barang Di Luar Negeri Brendi Di Eropa

JAKARTA – China gerak cepat membalas Uni Eropa (UE) , Setelahnya blok tersebut memberlakukan bea Pembelian Barang Di Luar Negeri Sambil Sebagai Mobil Listrik China (EV). Sebagai balasan, Beijing Akansegera melakukan penyelidikan Pada Pembelian Barang Di Luar Negeri brendi Uni Eropa.

Brendi adalah istilah umum Sebagai minuman anggur hasil distilasi, dan biasanya Memiliki kadar etil alkohol Di 35–60%. Bahan baku brendi bukan hanya anggur, melainkan juga pomace (ampas buah anggur sisa pembuatan minuman anggur) atau fermentasi sari buah.

Merespons Aturan tarif Pembelian Barang Di Luar Negeri tinggi Eropa, Kementerian Perdagangan China Merespons Di hari Jumat Di Memperkenalkan bahwa mereka Akansegera Melakukan sidang Di 18 Juli Sebagai Mengusut klaim bahwa produsen brendi Uni Eropa menjual produk mereka Di China Di bawah harga pasar.

Sebelumnya Itu Uni Eropa Di hari Kamis menampar tarif mulai Di 17,4% hingga 37,6% Di Pembelian Barang Di Luar Negeri EV China. Angka tersebut Di atas bea 10% yang ada, ketika UE menuding adanya ‘Dukungan Pemerintah tidak adil’ Beijing Pada produsen Kendaraan Pribadi.

Beijing Akansegera Mengusut Pembelian Barang Di Luar Negeri brendi Di blok tersebut sebagai tanggapan atas bea masuk mobillistrik yang diberlakukan Dari Brussels.

Sidang ditunjukan buat Rumah brendi Martell, Societe Jas Hennessy & Co., Remy Martin, dan lainnya Akansegera menilai “kerusakan industri, sebab dan akibat, dan kepentingan publik Di penyelidikan anti-dumping produk brendi Yang Terkait Di,” menurut pernyataan kementerian.

Penyelidikan China bakal fokus Di brendi yang diproduksi UE Di wadah yang menampung kurang Di 200 liter yang diimpor Di Oktober 2022 dan September 2023, tambah kementerian itu. Mereka juga Akansegera Mengusut dugaan dampak buruk yang ditimbulkan Di industri brendi China Di Januari 2019 dan September 2023.

Sebelumnya Itu Kamar Dagang China Sebagai Uni Eropa mengutuk tarif blok tersebuy yang dinilai “bermotivasi politik” dan “proteksionis,”. Hingga depannya, para pelaku usaha berharap penyelesaian perselisihan bisa dilakukan Lewat dialog.