Jakarta –
Komunikasi menjadi aspek penting yang harus dimiliki perawat Di melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien. Sebagai petugas yang selalu berhubungan Bersama pasien, perawat harus Memperoleh banyak Kemahiran, salah satunya adalah Kemahiran Di berkomunikasi Bersama pasien.
Komunikasi terapeutik menjadi Kemahiran penting yang digunakan Sebagai membangun hubungan kepercayaan Antara tenaga Kesejaganan dan pasien. Begitu penting, komunikasi terapeutik bisa memengaruhi kepuasan pasien Pada pelayanan Kesejaganan yang diberikan.
Apa Itu Komunikasi Terapeutik?
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi profesional Untuk perawat yang direncanakan dan dilakukan Sebagai membantu penyembuhan atau Penyembuhan pasien. Dikutip Bersama karya ilmiah Ke laman repository Sekolah Tinggi Ilmu Kesejaganan (STIKES) Yayasan RS Dr Soetomo, komunikasi ini harus direncanakan, dipertimbangkan, dan dilaksanakan Bersama seorang perawat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bersama Memperoleh Kemahiran berkomunikasi terapeutik, perawat Akansegera lebih mudah menjalin hubungan saling percaya kepada klien, Agar lebih efektif Di mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan, memberi kepuasan profesional Di pelayanan keperawatan dan Akansegera Meningkatkan profesi. Sambil Itu, dikutip Bersama karya ilmiah laman repository Poltekkes Yogyakarta, komunikasi terapeuik juga bermanfaat Sebagai mengidentifikasi, mengkaji masalah, mengungkapkan perasaan, dan Menimbang tindakan yang Akansegera dilakukan Bersama perawat.
Bentuk-bentuk Komunikasi Terapeutik
Ada tiga bentuk komunikasi terapeutik, yaitu komunikasi verbal, komunikasi tertulis, dan komunikasi non verbal. Berikut perbedaannya.
1. Komunikasi Verbal
Pertukaraan informasi secara verbal, terutama pembicaraan Bersama tatap muka adalah jenis komunikasi yang paling lazim digunakan Di pelayanan keperawatan Di Puskesmas. Sebab, kata-kata adalah alat atau simbol yang digunakan Sebagai mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan objek, observasi, dan ingatan.
2. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan Di kegiatan Usaha, tapi juga dilakukan Di layanan terapeutik Praktisi Medis dan paramedis Pada pasien. Misalnya, penulisan nama Perawatan, memo atau penulisan surat, keterangan tentang Gangguan, dan lain sebagainya.
Adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan Ke kegiatan komunikasi tulisan adalah pesan yang ditulis memenuhi persyaratan seperti, lengkap, ringkas, konkrit, jelas, sopan, dan benar.
3. Komunikasi Non verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas Di bentuk non verbal tanpa kata-kata. Di Di pelayanan Kesejaganan Di Puskesmas, seorang Praktisi Medis dan paramedis atau perawat perlu Mengetahui bahwa pesan verbal dan nonverbal yang disampaikan kepada pasien, baik Pada tahap awal, Pada pengkajian, maupun tahap evaluasi Akansegera berpengaruh kepada kepuasan dan perilaku pasien.
Tahapan atau Fase Di Komunikasi Terapeutik
Ada tiga tahapan komunikasi terapeutik yang dilakukan Praktisi Medis dan paramedis kepada pasien, menurut ahli teori keperawatan Hildegard Peplau:
1. Fase Orientasi atau Perkenalan
Tahap perkenalan atau fase orientasi bertujuan Sebagai melakukan validasi keakuratan data pasien dan Wacana yang sudah dibuat sesuai Bersama keadaan klien Pada berjumpa atau terkini, serta Menimbang hasil tindakan yang telah lalu atau tindakan Sebelumnya.
Ke fase ini, hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi masih bersifat penggalian informasi Antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan Bersama lima kegiatan pokok, yaitu
- Testing (percobaan Sebagai saling berkenalan)
- Building trust (membangun kepercayaan)
- Identification of problems and goals (identifikasi permasalahan, menetapkan tujuan)
- Clarification of roles (mengklarifikasi peran)
- Contract formation (membuat perjanjian atau Kesepakatan Perawatan Medis)
2. Fase Kerja
Fase ini merupakan inti Bersama keseluruhan proses komunikasi terapeutik dan merupakan tahapan terpanjang. Di tahap ini, Praktisi Medis dan perawat diwajibkan Sebagai membantu dan mendukung pasien Sebagai menyampaikan perasaan dan pikirannya, Lalu menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan nonverbal yang disampaikan pasien.
Di tahapan ini, Praktisi Medis dan perawat juga Akansegera mendengarkan secara aktif Bersama penuh perhatian, Agar mampu membantu pasien mendefinisikan masalah yang Lagi dihadapi, mencari penyelesaian masalah, dan mengevaluasinya. Ke fase ini, perawat dituntut Sebagai bekerja keras Di memenuhi tujuan yang telah ditetapkan Di fase orientasi.
3. Fase Terminasi (Akhir pertemuan)
Fase terminasi adalah akhir Bersama pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua, yaitu terminasi Sambil Itu dan terminasi akhir. Terminasi Sambil Itu adalah akhir Bersama setiap pertemuan perawat dan pasien, Setelahnya ini perawat dan klien masih Akansegera bertemu kembali Ke waktu yang berbeda sesuai Kesepakatan yang disepakati.
Sambil Itu, terminasi akhir dilakukan Bersama perawat Setelahnya menyelesaikan seluruh proses keperawatan. Di fase ini, perawat Merangsang pasien agar memberi penilaian atas tujuan yang telah dicapai. Agar, tujuan yang tercapai adalah Kepuasan yang saling menguntungkan dan memuaskan.
(elk/naf)
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Pentingnya Komunikasi Terapeutik Di Kesejaganan, Ketahui Bentuk dan Tahapannya