Trump Kini Bisa Menyapa Lagi 60 Juta Pengikutnya Ke Facebook dan Instagram

JAKARTA – Meta mencabut pembatasan terakhir Ke akun Facebook dan Instagram, Donald Trump menjelang pemilihan Pemimpin Negara AS (Amerika Serikat) Ke November 2024, mendatang. Sebelumnya akun mantan Pemimpin Negara AS itu ditanggungkan Ke 2021, usai memposting tentang kerusuhan US Capitol.

Secara gabungan, akun Trump Memperoleh lebih Didalam 60 juta followers dan sempat diaktifkan kembali Ke tahun 2023, Tetapi tetap Ke bawah pengawasan yang kini telah resmi dihapus. Keputusan pencabutan penangguhan akun Trump ini disampaikan Dari raksasa media sosial tersebut.

Meta mengatakan, Memperoleh tanggung jawab Bagi semuanya Menunjukkan ekspresi politik dan bahwa orang Amerika harus dapat mendengar Didalam Kandidat Pemimpin Negara mereka atas dasar kesetaraan.

Meski begitu Meta menambahkan bahwa, kandidat Pemimpin Negara AS tetap tunduk Ke aturan Bagi semua Pemakai Facebook dan Instagram. “Termasuk Keputusan yang dirancang Bagi mencegah pidato kebencian dan hasutan Bagi melakukan Tindak Kekerasan,” jelasnya.

Dari kembali Ke platform Meta, akun Trump sebagian besar memposting detail Promosi Politik dan meme termasuk kritikan Pada saingannya Untuk pemilihan Pemimpin Negara Joe Biden.

Sebelumnya larangan Ke tahun 2021, postingan Facebook Trump sering kali menjadi yang paling populer Ke AS, menurut data Ke Di itu Didalam CrowdTangle.

Trump adalah mantan Pemimpin Negara pertama yang dilarang Didalam Twitter dan YouTube. Trump Sebelumnya berkomunikasi Ke Truth Social, platform media sosial yang dimilikinya, Sebelumnya memposting ulang Ke jaringan lain.

Lalu Trump kembali Ke Twitter – sekarang disebut X – Sesudah CEO perusahaan Elon Musk Melakukan jajak pendapat yang meminta Pemakai Bagi mengklik “ya” atau “tidak” tentang apakah akun Trump harus dipulihkan. Mereka yang setuju meraih Unggul Didalam 51,8% suara

Perusahaan-perusahaan Ilmu Pengetahuan besar bertindak Sesudah kerusuhan Capitol Hill yang mematikan dan melukai lebih Didalam 100 petugas polisi. Trump kerap dituduh menghasut Tindak Kekerasan dan berulang kali menyebarkan disinformasi.