Jakarta –
Gangguan Menyebar HIV masih menjadi masalah Kesejajaran yang besar Di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesejajaran (Kemenkes), Di tahun 2020 ada Di 543.100 orang orang yang hidup Bersama HIV.
Ketika Tindak Kejahatan HIV Di Indonesia masih tergolong tinggi, permasalahan penanggulangan HIV juga dihadapkan masih ada banyaknya Kelompok yang ragu Sebagai melakukan tes. Kepala Skuat Kerja HIV dan PIMS Kemenkes dr Endang Lukitosari mengatakan bahwa Situasi ini banyak disebabkan Bersama stigma yang berkembang Di Kelompok.
Selain stigma soal HIV yang masih begitu kuat, dr Endang menyebut Kelompok tidak siap juga Bersama diskriminasi yang Bisa Jadi juga Berencana mereka alami Di Di kehidupan bermasyarakat.
Hal ini menurut dr Endang menjadi tantangan sendiri Sebab kelancaran testing HIV juga berperan penting Di proses penekanan Tindak Kejahatan Mutakhir dan angka kematian akibat HIV.
“Mau tidak mau harus mengondisikan agar tidak ada stigma ini. Supaya testingnya menjadi lancar, testingnya tidak ada yang takut baik Bersama sisi Kelompok hingga tenaga medis yang melakukan pemeriksaan,” ucap dr Endang ketika ditemui awak media Di Jakarta Selatan, Selasa (23/7/2024).
Berdasarkan survei yang dilakukan Bersama Kemenkes Di 1.400 orang Bersama HIV (ODHIV) Di 12 bulan terakhir Di seluruh Indonesia, ada Di 57,9 persen yang mengaku sempat merasa ragu Sebagai melakukan tes. Mereka merasa takut Bersama tanggapan orang lain Yang Berhubungan Bersama hal tersebut.
dr Endang mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor mengapa stigma Yang Berhubungan Bersama Di HIV masih begitu kuat. Mulai Bersama pemahaman Kelompok Yang Berhubungan Bersama Gangguan Menyebar yang kurang, hingga masih begitu melekatnya sejarah perilaku seks menyimpang Bersama Penyakit ini.
Ia meminta Kelompok tidak perlu takut Sebagai melakukan tes HIV. Hal ini menurutnya penting sebagai langkah Upaya Mencegah penyebaran HIV Lebihterus meluas. Terlebih HIV juga bisa menular Bersama orang tua Hingga anak hingga Bersama menular Bersama pasangan suami dan istri.
“Karena Itu history-nya membuat banyak orang masih menganggap ini Penyakit aib. Padahal bukan,” ucap dr Endang,
Situasi stigma dan diskriminasi yang umum terjadi Di Di Kelompok Di pengidap HIV akhirnya membuat banyak orang Justru juga dilarang Sebagai melakukan tes HIV. dr Endang menyebut Justru ini bisa terjadi Di Rumah tangga.
Sebab tidak pernah melakukan hubungan berisiko, mereka merasa bahwa tes HIV tidak perlu dilakukan.
“Kejadiannya bisa Bersama dua sisi ya, misal suami melarang istri (tes), atau istri yang melarang suami. Bisa Jadi mereka takut, entar kalau saya tes nanti perusahaan tahu saya nggak dapat kerja, faktor ekonomi juga bisa berpengaruh Di sana,” tandasnya.
Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Stigma Negatif Kelompok Karena Itu Salah Satu Kendala Besar Penanggulangan HIV Di RI