Nasi Tumpeng hingga Nasi Ingkung, Citarasa Maulid Nabi Sarat Filosofi


Jakarta

Maulid Nabi diperingati Bersama rasa syukur Di Jawa Timur. Terdapat beberapa Citarasa khas yang disajikan Bersama filosofi luhurnya masing-masing, mulai Bersama nasi tumpeng hingga nasi ingkung.

Di Indonesia, setiap Area punya Kebiasaan Di merayakan Maulid Nabi. Salah satunya Melakukan doa bersama yang diakhiri Bersama kegiatan makan bersama.

Contohnya dilakoni Komunitas Jawa Timur yang Memperoleh Citarasa khas Area yang disajikan setiap perayaan Maulid Nabi. Berikut 3 Di antaranya Bersama filosofi luhur masing-masing:


1. Nasi tumpeng

Nasi tumpeng sering disajikan Di Peristiwa penting Komunitas Jawa. Foto: istimewa

Nasi tumpeng merupakan hidangan yang sering disajikan Di Peristiwa-Peristiwa penting Komunitas Jawa, termasuk Di Jawa Timur. Biasanya, tumpeng dibuat Di merayakan peristiwa penting seperti kelahiran atau ulang tahun.

Nasi tumpeng berbentuk kerucut dan diletakkan Di Ditengah tampah (wadah tradisional bulat Bersama bambu), dikelilingi berbagai lauk pauk. Jenis nasi yang digunakan bervariasi, mulai Bersama nasi kuning, nasi putih, hingga nasi uduk.

Bentuk kerucut nasi tumpeng melambangkan gunung yang megah, terinspirasi Bersama Kepuasan geografis Jawa yang penuh Bersama gunung berapi. Lauk pauk Di sekelilingnya menggambarkan tanah yang menjadi sumber Keadaan.

Di Kebiasaan kenduri Islam Jawa, tumpeng Dikatakan sebagai singkatan Bersama kalimat bahasa Jawa “yen metu kudu seng mempeng,” yang berarti “jika keluar, harus bersungguh-sungguh.” Lauk pauk Di tumpeng biasanya berjumlah tujuh macam, Di mana angka tujuh Di bahasa Jawa disebut pitu, melambangkan pitulungan atau pertolongan.

Filosofi ini juga diambil Bersama salah satu ayat Di Surah Al-Isra’ ayat 80 yang berbunyi: “Ya Tuhan, masukkanlah aku Bersama sebenar-benarnya masuk dan keluarkanlah aku Bersama sebenar-benarnya keluar, serta berikanlah kepadaku Bersama sisi-Mu kekuasaan yang menolong.”

Doa ini menurut beberapa ahli tafsir dibaca Dari Nabi Muhammad SAW ketika Akansegera hijrah Bersama Makkah Di Madinah. Maka Itu, nasi tumpeng disajikan Bersama harapan memperoleh pertolongan Bersama Allah SWT, dijauhkan Bersama keburukan, dan Merasakan kemuliaan, yang semuanya hanya bisa tercapai jika disertai usaha sungguh-sungguh.

2. Endog-endogan

Festival Endog-endogan BanyuwangiEndog-endogan merupakan Kebiasaan khas Banyuwangi yang sudah berlangsung Sebelum lama. Foto: Istimewa

Endog-endogan adalah Kebiasaan khas Banyuwangi yang sudah berlangsung Sebelum awal abad Hingga-20 Sebagai memperingati Maulid Nabi. Kebiasaan ini melibatkan pembuatan kembang endog, yaitu telur rebus yang ditusuk Bersama bambu kecil dan dihias Bersama Kertas warna-warni.

Kembang endog ini Lalu ditancapkan Di jodang atau batang pohon pisang yang juga dihias. Setelahnya itu, arak-arakan membawa kembang endog keliling kampung sambil melantunkan pujian kepada Nabi SAW dan diiringi Alunan tradisional.

Penggunaan telur Di Kebiasaan ini Memperoleh makna simbolis. Telur yang terdiri Bersama tiga lapisan, yaitu kulit, putih telur, dan kuning telur, melambangkan iman, Islam, dan ihsan. Batang pohon pisang tempat kembang endog dipasang Bersama hiasan bunga mawar melambangkan pohon kehidupan, Bersama telur sebagai buahnya dan mawar sebagai bunganya.

Bunga mawar dipilih Sebab Di Kebiasaan sufi, mawar melambangkan keindahan yang terinspirasi Bersama kisah Isra Miraj, Di mana keringat Nabi Muhammad SAW konon berubah menjadi mawar Sebab melihat surga.

Endog-endogan adalah wujud cinta Komunitas Banyuwangi kepada Nabi Muhammad SAW. Kebiasaan ini juga menjadi ungkapan syukur Bersama cara berbagi rezeki, Kendati hanya berupa telur dan nasi. Kebiasaan ini tidak hanya Menunjukkan nilai-nilai keagamaan, tetapi memperkuat ikatan sosial dan semangat gotong royong, selaras Bersama nilai-nilai Pancasila.

3. Nasi ingkung

Ingkung Ayam KampungNasi Ingkung biasanya dimasak Bersama santan dan disajikan Bersama ayam utuh dan aneka lauk. Foto: Erliana Riady

Nasi ingkung adalah salah satu hidangan khas yang sering disajikan Di perayaan Maulid Nabi Di Jawa Timur. Nasi ingkung, atau disebut juga Bersama sego gurih, terdiri Bersama nasi yang dimasak Bersama santan dan disajikan Bersama ayam utuh serta aneka lauk lainnya.

Ayam utuh yang dimasak Bersama rempah-rempah khusus disebut ayam ingkung, Sambil Itu nama sego gurih merujuk Di nasi yang Memperoleh rasa gurih Sebab dimasak Bersama santan dan rempah.

Hidangan ini Memperoleh makna simbolis sebagai bentuk doa agar Komunitas selalu diberkahi dan dijauhkan Bersama bencana. Ayam ingkung melambangkan perlindungan, yang berasal Bersama kata “jinakung” dan “menekung”, yang Di bahasa Jawa kuno berarti memanjatkan doa. Filosofi ini mencerminkan harapan agar umat senantiasa dilindungi dan diberkati.

Setiap Citarasa khas yang disajikan Di perayaan Maulid Nabi tidak hanya menjadi Dibagian Bersama Kebiasaan, tetapi juga membawa makna mendalam dan harapan yang berkaitan Bersama nilai-nilai keagamaan dan sosial.

Di Kebiasaan ini, setiap kepala keluarga Menerbitkan satu paket nasi tumpeng dan ingkung ayam yang dibawa Hingga Tempattinggal tokoh Komunitas atau masjid Di kampung tersebut. Nasi ingkung ditaruh Di Didepan warga yang berkumpul Sebagai didoakan tokoh Komunitas dan ustaz. Momen ini menjadi ajang silaturahmi antarwarga Bersama agenda makan bersama.

Artikel ini ditulis Dari Angely Rahma, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka Di detikcom.

Artikel ini sudah tayang Di detikjatim Bersama judul “Citarasa Khas Jatim Di Maulid Nabi dan Filosofi Di Baliknya”

Download Apps Detikcom Sekarang

Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Nasi Tumpeng hingga Nasi Ingkung, Citarasa Maulid Nabi Sarat Filosofi