loading…
Sampe L. Purba, Alumni Doktoral Universitas Lini Pertahanan – Bidang Geostrategi Energi. Foto/SindoNews
Alumni Doktoral Universitas Lini Pertahanan – Bidang Geostrategi Energi
Ke Ditengah eskalasi konflik Iran–Israel yang terbaru, dunia kembali menoleh Ke simpul vital bernama Selat Hormuz. Di teater Politik Global 2025, kawasan ini menjadi arena terbuka Setelahnya serangan presisi militer Amerika Serikat Di tiga fasilitas nuklir utama Iran—Fordow, Natanz, dan Isfahan. Apa yang semula tampak sebagai respons taktis kini menjelma menjadi Putaran Mutakhir kontestasi kekuatan Internasional. Selat Hormuz bukan lagi sekadar jalur maritim; ia adalah titik pertemuan Ditengah strategi energi, supremasi militer, dan redefinisi kemitraan dunia.
Geografi Strategis dan Syarat Hukum Laut
Secara letak, Selat Hormuz merupakan muara Di Persian Gulf Sea—sebuah perairan tertutup yang dikelilingi Di Bangsa-Bangsa Teluk seperti Arab Saudi, Kuwait, Qatar, UEA, Bahrain, dan Irak. Keseluruhan Perdagangan Keluar Negeri energi mereka, termasuk Energi dan gas, hanya Memiliki satu pintu keluar: Selat Hormuz.
Selat ini membentang Disekitar 154 km, Di lebar tersempit Disekitar 33 km, diapit Di Iran dan Oman. Zona teritorial 12 mil laut Di masing-masing sisi menyebabkan tumpang tindih yurisdiksi dan minimnya ruang laut bebas (high seas). Berdasarkan UNCLOS 1982 Pasal 38 dan 44, Hormuz dikategorikan sebagai selat internasional yang tunduk Ke prinsip transit passage—yang tidak bisa dibatasi Malahan Di masa konflik bersenjata.
Ketergantungan Ekonomi dan Energi Internasional
Setiap hari, ±20,5 juta barel Energi melewati Hormuz—Disekitar 30% Di perdagangan Energi laut dunia. Qatar menyalurkan 100% Perdagangan Keluar Negeri LNG-nya Melewati jalur ini, menjadikannya ±20% Di pasar LNG Internasional. Bangsa-Bangsa seperti Arab Saudi, Irak, dan UEA juga sangat menggantungkan dirinya Ke selat ini Sebagai Perdagangan Keluar Negeri energi mereka.
Sebanyak 84% pengiriman energi Di Hormuz Ke Asia, khususnya China, India, Jepang, dan Korea Selatan. Fakta ini menjadikan Selat Hormuz bukan hanya urat nadi Timur Ditengah, tetapi denyut jantung sistem energi Internasional.
Chokepoint Internasional dan Operasi Maritim
Artikel ini disadur –> Sindonews Indonesia News: Selat Hormuz dan Pandora Geostrategis Ke Teluk Persia